Penulis: Raden Hamzaiya & Raden Nana Mulyana Latief
Kuningan Terkini - Meskipun secara jelas Naskah Cirebon menyatakan asal-usul Arya Kemuning merupakan anak jelmaan Bokor Kuningan yang tiada berayah, tetapi tidak demikian dengan asumsi penulis. Penulis beranggapan, itu hanya kisah legenda saja, mengingat naskah-naskah Cirebon, nyatanya dituliskan dengan bahasa kiasan sastra yang perlu penafsiran dalam menanggapinya.
Penulis menduga, Arya Kemuning merupakan anak biologis dari Sunan Gunung Jati dan Puteri Cina yang bernama Ong Tien, Dinamakan Arya Kemuning karena anak tersebut berkulit kuning seperti kulit ibunya. Setelah kelahiran Arya Kemuning, Sunan Gunung Jati membawanya jauh dari Istana dan dititpkan kepada suadaranya diselatan Cirebon (Luragung).
Ketika dewasa, Arya Kemuning diangkat menjadi Adipati diderah tersebut, Daerah yang dipimpinnya kemudian dinamakan Daerahnya orang Kuning/Kuningan. Sementara, Arya Kemuning kemudian dikenal dengan nama Pangeran Kuningan. Maksudnya penguasa wilayah Kuningan. Sunan Gunung Jati mempunya kebiasaan yang unik dalam membangun kekuasaan dan menyebarkan Islam di tanah Sunda.
Seperti dalam kasus Banten, Sunan Gunung Jati setelah mengislamkan Adipati Banten, kemudian memperistri anak dari sang adipati (Ada juga yang menyatakan Adik Adipati Banten). Wanita yang diperistri Sunan Gunung Jati itu bernama Nyimas Kawunganten. Dari perkawinan keduanya, Sunan Gunung Jati memperoleh anak laki-laki yang diberinama Pangeran Sabakinkin, yang menpunyai nama lain Maulana Hasanudin.
Setelah dewasa, Maulana Hasanudin dinobatkan menjadi Sultan Banten oleh Sunan Gunung Jati. Dan Banten dijadikan pusat penyebaran Islam di Sunda bagian barat. Nah, begitupun dengan kasus Kuningan, Arya Kemuning itu nyatanya Anak Sunan Gunung Jati sendiri yang dipersiapkan untuk menjadi Adipati Kuningan. Dahulu, gelar Adipati itu tidak sembarang orang, harus keturunan Raja Pusat atau minimal Sudara dekat.
Lalu, kenapa Kuningan tidak dibuat kesultanan dan pusat penyebaran Islam di Sunda, seperti Banten. Pembentukan Keadipatian Kuningan ini sebagai Benteng Cirebon dalam menghadapi kerajaan Galuh yang berpusat di Kawali (Sekarang Ciamis). Sehingga, dengan adanya Kuningan yang Pro Cirebon, serbuan Kerajaan Galuh sebelum masuk ke pusat Kesultanan Cirebon dapat terlebih dahulu ditangkal oleh Kuningan.
Dalam sejarah Kabupaten Kuningan, diputuskan hari jadi Kuningan pada 1 September 1498 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Kuningan Nomor 21/Dp.003/XII/1978 tanggal 14 Desember 1978. Tahun tersebut didasarkan pada tahun dimana Arya Kemuning diangkat menjadi Adipati yang memerintah Kuningan dibawah Kesultanan Cirebon.
Selain itu, dalam legenda atau cerita-cerita yang berkembang di Kuningan, dikatakan bahwa Arya Kemuning dan Pangeran Kuningan itu adalah dua orang yang berbeda. Tapi anehnya, dalam naskah-naskah Cirebon tidak demikian, Arya Kemuning ya Pangeran Kuningan satu orang, anak Ong Tien itu. Bersambung…