Fishing

FPS Bandung Blak-Blakan Kupas Fotografi

Min28042024

Last updateKam, 04 Apr 2024 4am

bjb

Aneka

FPS Bandung Blak-Blakan Kupas Fotografi

Foto bersama Fusion Photografer Society (FPS).

Kuningan Terkini (Bandung) - sebagai salah satu kota yang warganya termasuk kreatif di Indonesia, khusus di akhir pekan di berbagai sudut dapat kita temukan aneka kegiatan yang mencerminkan julukan itu. Sabtu, 6 September 2014 di Jl. Diponegoro No 24 Bandung, ada sekolompok orang berbincang seru blak-blakan mengupas-tuntas hobi fotografi.

“Ini grand launching perkumpulan, namanya Fusion Photografer Society (FPS). Pesertanya lebih dari seratus, anak SD hingga setengah baya ada. Kameranya, bebas, HP-pun tak apa. Yang penting ngumpul dulu,” kata Michael Christian Siagian, remaja lulusan SMA BPK Penabur Bandung 2013.

Michael di FPS yang dibentuk sejak satu tahun lalu dengan fokus kegiatan pada hobi fotografi serta aksi kemanusiaan, adalah penggagas sekaligus pimpinan FPS. Namun Michael harus pergi untuk waktu lama ke negeri China, Ia dapat beasiswa dari pemerintah sana untuk studi kedokteran.

“Jangan khawatir, kami melalui sosial media, kegiatan FPS akan berjalan terus. Makanya sekarang dilakukan peresmiannya,” urai Kelvin Giovani Siagian, adik kandung Michael yang masih duduk di SMP kelas 2 BPK Penabur Bandung.

Sejatinya, FPS dikendalikan dua kakak beradik Michael dan Kelvin, anak dari pasangan Natalius Siagian dan Lisda Margaretha. Pasangan orang tua ini pun aktif membantu kelancaran perkumpulan ini.

”Ya, kami membantu sebisa-bisa, agar semua senang”, jelas Natalius yang terlihat wara-wiri mengatur pergerakan peserta dari satu sesi ke sesi lainnya.

Detil kegiatan yang dilakukan FPS hari itu, setelah seremoni dilanjutkan photo challenge, hunting model, bedah kamera, diskusi, dan pengumuman aneka permainan. Kegiatannya inspiratif. Ia pun ikut disini seperti peserta biasa, padahal tadi pagi sempat memandu acara ini.

“Gairah mereka berkreasi harus kita dukung”, papar Dhian Dhamayani, dosen arsitektur ITB yang bergabung di FPS bersama putranya yang berusia 16 tahun.

Menarik disimak paparan nara sumber Aripin (28) dari Jakarta yang sejak kecil telah memahami kamera analog, dan kini membuka toko kamera yang sukses di Jakarta. ”Sebenarnya, tak ada kamera yang sempurna. Justru kamera terbaik itu, yang kita punya saat ini," ucapnya.

Termasuk kamera HP, bila memahami cara menggunakannya, bisa melahirkan karya foto yang baik juga. "Makanya kami gabung di FPS. Soal kamera biasanya orang pakai yang mahal-mahal. Padahal, belum tentu kan, hasilnya bisa bagus. Penjelasan seperti dari Oom Aripin yang jam terbangnya banyak, sangat dibutuhkan”, kata Mark Suryaharja yang diamini Lefina Afriani, peserta grand launching FPS hari itu. Sebaliknya bagi Madonk Siregar (55), dan Bonno (59).

Ssebagai peserta senior dalam kegiatan ini, kiprah FPS yang dikoordinir Kelvin dan Michael disebutnya sebagai pengisi waktu senggang yang amat berguna.

“Kami hanya punya kamera HP, tapi sekarang jadi tahu apa kelemahan dan kelebihannya. Mau bikin banyak foto panorama ah,” tutur Bonno yang berbisnis perangkat sound system selama ini.

Alhasil, setitik perkumpulan di kota Kembang yang digagas Michael dan Kelvin telah menggugah banyak kalangan. “Maunya FPS bikin kegiatan seperti ini pula di kota saya di Sukabumi dan kota lainnya di Jabar. Kapan ya?”, tutup Madonk sambil jeprat-jepret mengambil obyek foto model, dua remaja wanita asal Korea Selatan. (Harri Safiari)

Add comment


Security code
Refresh


Fishing