Politik
Berdalih Tasyakuran, Ternyata Politik Praktis?
- Details
- Published on Thursday, 26 September 2024 17:40
- Written by Admin
- Hits: 689
Kuningan Terkini - Belakangan ini, lini massa sosial selalu ada kejutan setiap harinya. Kejutan itu membuat masyarakat geger dan latah dalam Pilkada Kuningan sekarang ini. Hal ini mendorong masyarakat diajak tetap melek, mengamati seluruh pergerakan calon bupati dan wakil bupati dalam pendekatan kepada masyarakat.
Seperti kejadian kemarin malam, para kepala desa (Kades) di Kecamatan Darma, melaksanakan riungan di satu rumah makan yang ada di kecamatan tersebut. Diduga pertemuan tersebut untuk mendukung pasangan calon (Paslon) nomor urut satu. Peristiwa itu mendapatkan sorotan masyarakat.
“Pertemuan masyarakat dengan calon bupati dan atau wakil bupati merupakan hal wajar dan lumrah saat Pilkada sekarang ini. Namun, jika pertemuan digagas oleh pemimpin di desa merupakan sebuah contoh kepada pihak lain untuk melanggar fatsun politik. Meski para Kades memiliki hak demokrasi, caranya harus elok,” ungkap aktifis politik Kecamatan Darma, Yus, Kamis (26/09/2024).
Dalam berdemokrasi kata Yus, berdemokrasilah dengan baik. Saling mengingatkan dalam perbedaan sikap dan pikiran. Namun, perbedaan itu bukan untuk perpecahan. Tapi untuk memperkaya cara pandang persoalan Pemilu di tengah-tengah masyarakat. Tujuannya untuk memperbaiki nasib masyarakat supaya lebih sejahtera.
“Ketika cara pandang berbeda dalam kacamata politik. Selayaknya para elit di desa atau di tingkat kecamatan bahkan kabupaten. Jangan terjebak pada persoalan politik praktis. Kita ingin mendorong masyarakat untuk melaksanakan pemilihan dengan riang gembira. Tidak terdistorsi oleh intimidasi atau ajakan yang bersifat top down. Biarkan masyarakat memilih sesuai hati nuraninya,” paparnya.
Lebih lanjut Yus mengatakan, dirinya merasa prihatin dengan cara riuangan para elit di desa dan menjaminkan hak politik masyarakatnya kepada salah satu calon tertentu. Ini kurang bagus. Diakui, kalau Kades itu memiliki massa didesanya. Namun itu bukan untuk digadekan kepada calon bupati dan atau wakil bupati yang tengah berkontestasi Pilkada.
“Kita harus kembalikan roh Pilkada ini kepada jalur yang benar. Apalagi, mendengar kronologis yang berbeda-beda. Menurut informasi, awalnya pertemuan itu untuk tasyakuran tanpa dilabeli politik praktis. Kenyataannya ada calon bupati. Saya pribadi tidak menyalahkan para elit politik di desa. Hanya mereka itu panutan. Selayaknya panutan itu memberikan motivasi dan wejangan berdemokrasi yang baik,” terangnya.
Terpisah, Ketua Bidang Komunikasi Politik PDIP yang juga mantan anggota dewan dua periode, Dede Rusliadi yang akrab disapa disapa Abah mengatakan, Ia ingin melaksanakan demokrasi yang baik dan benar sesuai peraturan yang berlaku. Namun memang di lapangan tidak bisa terlaksana seratus persen sesuai aturan. Selalu saja ada peristiwa viral di masyarakat.
“Kendati demikian, kami mengajak masyarakat untuk melakukan filter kepada peristiwa politik yang dianggap menyalahi prosedural. Relawan harus tetap semangat, jangan putus asa, apalagi melakukan tindakan-tindakan melanggar hukum. Atas kejadin ini pasti akan indah pada waktunya,” ucap Abah, tanpa merinci maksud sesungguhnya Abah.(tan)